Breaking News
Loading...

FLP, Komunitas yang Memikat Hati

Share on Google Plus

Tahun 2005, aku baru saja mengenal komunitas menulis yang didirikan oleh Bu Helvi Tiana Rosa dan Bu Asma Nadia yang bernama Forum Lingkar Pena, atau biasa disingkat FLP. FLP membuatku tertarik karena darinya aku punya mimpi baru.

Ada “rahasia” kecil yang menyebabkan aku bertekad masuk FLP. Sebuah rahasia yang tak banyak orang lain tahu. Tapi, dengan tulisan ini, biarkan orang lain tahu. Tentang aku dan FLP. Akan kuceritakan semuanya…

Dari Tak Cinta, Hingga Terbiasa 

Dulu ketika SMP aku punya seorang teman yang hobi sekali menuliskan sebuah kisah di dalam buku tulis. Ketika ia telah menyelesaikan satu babak dari ceritanya, maka ia akan memperlihatkannya padaku. Awalnya yang terbersit dalam benakku adalah keruetan dan kerumitan jalan pikir si pembuat cerita. Sepertinya pekerjaan mengarang dan menuangkan ide cerita ke dalam sebuah tulisan bukanlah sesuatu yang sederhana. 

Ditambah lagi, menulis bukanlah mimpiku sejak kecil. Tak pernah terpikirkan sebelumnya aku akan tertarik dengan dunia tulis menulis. Sebuah dunia yang kata sebagian orang adalah tempat mencurahkan isi hati, mencurahkan gagasan dan mungkin juga karena ingin mengubah peradaban dengan tulisan. Namun, seiring dengan kebiasaan membaca diary temanku, aktifitas membaca kisah menjadi sebuah kebiasaan.

Aku tak pernah membayangkan untuk menjadi seorang penulis. Tapi setiap membaca diary temanku, aku jadi tertarik untuk belajar menjadi penulis. Akupun mulai tertarik membaca buku, kisah dan apapun yang berhubungan tulis menulis.

Seperti pengalamanku saat itu, apabila sudah mulai tertarik dengan alur cerita atau penuturan dalam buku, maka tidak perlu waktu lama untuk ngepoin semua tentang buku itu; mulai dari melihat kembali nama penulisnya, membaca profil singkatnya, mencari tahu siapa sebenarnya penulisnya sampai penerbitan apa yang menerbitkan buku tersebut. Selain itu, akupun seringkali membaca buku-buku cerita yang diterbitkan oleh FLP Publishing. Dan akhirnya ketertarikanku dengan FLP mulai tumbuh. Menghempaskan niatku untuk segera bergabung dengan FLP.

Komunitas yang Memikat Hati

Ada satu hal yang membuat aku begitu dekat dengan FLP, yaitu dunia islam. Ya, sejak kecil aku sudah dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan yang bernuansa islami. Tidak heran bila aku mulai melahap novel-novel islami. Mungkin kalian bertanya, mengapa novel islami? Sebab di situlah nafas keislaman begitu kentara dan menyelimutiku pada ketentraman hidup. Selain itu, aku termasuk seseorang yang menyukai cerita. Sebab, cerita dapat mengalir lembut, berdebam, mengguncang jiwa seseorang dengan cerdas dan mudah menyisipkan pesan positif ke dalamnya, sehingga pembaca tidak merasa digurui. Dan beruntung sekali, kudapati novel-novel islami yang sangat berkesan ditulis oleh penulis FLP.

Secara mengagumkan, penulis jebolan FLP mampu meniupkan nafas keislaman dalam sebuah cerita. Sehingga, aku merasakan sesuatu yang hebat di dalam setiap karya yang dilahirkan oleh penulis FLP. Sebut saja Bu Helvi Tiana Rosa dengan “Ketika Mas Gagah Pergi”nya, Bu Asma Nadia dengan “Emak Ingin Naik Haji”nya, Mba Afifah Afra dengan “Bulan Mati di Javasche Orange”nya, Mas Gol A Gong dengan “Balada si Roy”nya dan berbagai penulis berbakat lainnya.

Belajar Menulis dengan Menulis

Setelah lulus SMA, aku kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dari kampus aku mengenal FLP cabang Ciputat. Ternyata komunitas ini bukanlah sembarang komunitas. FLP amat terorganisir dan membuatku betah berlama-lama di dalamnya. Bayangkan, betapa seriusnya komunitas ini dalam membinaku  melalui agenda mentoring rutin setiap minggu. Terutama dalam mentoring fiksi aku diajarkan teori kepenulisan fiksi beserta praktek menulis. Sehingga aku merasa di FLP tidak hanya diajarkan bagaimana cara menulis yang baik, akan tetapi dibina untuk praktek menulis yang setiap minggunya akan direview oleh mentor.

Dengan sistem seperti itu, aku merasa FLP adalah wadah yang tepat untuk belajar menulis. Baik dari segi organisasinya, segi program-programnya juga mentor-mentornya. Aku membayangkan ingin seperti mereka juga dan menorehkan prestasi di bidang kepenulisan. Semangat menulisku naik, mengebu hingga terbayang suatu saat aku menjadi penulis betulan.

Akupun selalu termotivasi menulis sebab mentor-mentor senior seperti Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Afifah Afra, Gol A Gong, Pipit Senja, Sinta Yudisia dan masih banyak lagi penulis beken islami lainnya mampu menghasilkan karya dan menginspirasi orang lain. Melalui tulisannya, mereka mampu menembus seribu kepala bahkan lebih. Tak seperti peluru yang hanya mampu menembus satu kepala dengan satu peluru.

Tetap Memilih Belajar di FLP

Perjalananku di FLP Ciputat ternyata tak berjalan lama. Sebab, setelah lulus aku pindah ke Serang dan menetap di sana. Awalnya tak nyaman berpisah dari FLP Ciputat, tapi apa daya, aku tetap harus pindah ke Serang. 

Akupun tidak tinggal diam. Semangat menulisku harus tetap membara.dan cara terbaik untuk menjaga semangat itu adalah dengan berkumpul bersama dengan yang seminat kepenulisan denganku. Hingga akupun mencari info FLP cabang Serang. Setelah proses mencari, akhirnya aku menemukan FLP cabang Serang dan mendaftarkan diri.

Selain mendaftarkan diri ke FLP cabang Serang, akupun mendapatkan info dari Umi tentang Rumah Dunia (RD). Kata Umi, pendirinya adalah Gol A Gong, aku langsung teringat dengan nama itu. Gol A Gong adalah salah satu penulis di buku kumpulan cerpen FLP yang pernah kubaca. 

Aku memutuskan untuk mendaftar di RD. Alhamdulillah, di RD, aku dikenalkan para penulis hebat seperti Pipiet Senja, Asma Nadia, M. Irfan Hidayatullah. Mereka adalah senior di FLP yang sudah punya karya yang banyak. Itulah yang membuatku sangat nyaman berada di FLP. 

Terima kasih FLP telah mengenalkanku pada dunia kepenulisan… 

Disusun oleh: Khadijah Efrison
Diedit oleh: Wildan Fuady

You Might Also Like

0 komentar

About me

Like us on Facebook