Menjadi ibu adalah
pekerjaan yang sangat mulia. Tidak semua wanita mempunyai kesempatan untuk
menjadi seorang ibu. Oleh karena itu, berbahagialah wahai para ibu. Karena
titelmu yang didapat dari proses panjang yang melelahkan itu (mengandung,
melahirkan, menyusui) akan berbalas kebahagiaan di dunia (dapat berupa anak
yang tumbuh sehat, pintar, berbakti dan sholeh) juga akan berbalas kelak di
syurga (pahala yang banyak dan syurga) tentu ini berlaku bagi para ibu yang
menjalankan perannya dengan ikhlas dan penuh kesabaran.
Dengan balasan
yang luar biasa besar tersebut, seyogyanya para ibu berbangga dengan statusnya
sebagai seorang ibu, meski hanya berkutat di rumah saja. Keputusan untuk tetap
tinggal di rumah untuk focus kepada urusan rumah dan memenuhi kebutuhan
penghuni rumah rupanya tidak dilakukan oleh semua ibu di dunia ini. Banyak juga
ibu-ibu di belahan bumi sana yang memilih berkarir demi eksistensinya atau
karena tuntutan ekonomi. Apapun pilihanmu, wahai ibu, tetaplah pada koridormu,
menjadi sebaik-baik wanita bagi penghuni rumah, semoga jerih payahmu
menjalankan begitu banyak aktifitas dibalas pahala yang berlipat ganda
oleh-Nya.
Anyway, bagi
ibu-ibu yang memang melakoni pekerjaan ganda (jadi ibu dan wanita karir) maka
produktifitas tentu menjadi suatu hal yang wajar adanya. Dimana di luar rumah
tuntutan pekerjaan sudah membuat ibu harus bisa bekerja secara professional.
Namun, diingatkan kembali untuk tidak abai terhadap urusan domestic ya mom.
Nah, tantangannya memang tidaklah mudah untuk memprofesionalkan urusan domestic
yang memang tidak ada bosnya kecuali Anda sendiri. Bekerja di rumah dengan
segudang pekerjaan yang berada di bawah kendali kita bila tidak dilakukan atau
diatur sedemikian rupa, tentu kelalaian demi kelalaian tidak bisa dipungkiri
bisa terjadi. Apalagi bila kita sudah hidup terpisah dari orang tua. Manajemen
rumah harus kita atur sendiri tanpa ada campur tangan orang lain, tanpa ada
yang protes atau menuntut pekerjaan tuntas dalam waktu tertentu. Terkecuali
bagi ibu-ibu yang punya pasangan perfeksionis yang tidak bisa melihat rumah
berantakan atau urusan rumah yang tidak sesuai keinginannya, itu lain cerita.
Maka tak jarang banyak ibu-ibu bekerja yang sudah kelelahan bekerja di luar
sehingga sampai rumah tak ada daya lagi untuk mengurusi urusan domestic. Tapi
tak hanya ibu bekerja, kelalaian juga kerap dijumpai bagi ibu yang full mom di
rumah. Pasalnya, bila kita tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah, maka rumah
akan selalu berantakan atau ia tak bisa hidup tanpa pembantu yang membantu
membereskan segalanya.
Lalu sebelum
beranjak lebih jauh, mari kita kepoin apa itu produktifitas yang ingin kita
bahas mendalam bagi ibu yang punya urusan seabrek di rumah. Sejatinya sesuatu
dikatakan produktif setidaknya memiliki beberapa indicator: apabila kegiatan
yang kita kerjakan menghasilkan suatu produk tertentu – misalnya ibu senang
memasak, maka bila hari ini ibu memasak masakan maka ibu sudah dikatakan
produktif karena sudah menghasilkan produk berupa masakan, lalu bisa juga
dikatakan produktif apabila suatu kegiatan berpindah atau berubah dari kondisi
A menuju kondisi B dimana kondisi yang dituju harus lebih baik dari kondisi
semula – misalnya ibu memang senang memasak, namun bila masakannya itu-itu saja,
maka tidak ada perubahan yang terjadi, maka ibu bisa dikatakan produktif
apabila ibu senang bereksperimen mencari menu-menu masakan baru sehingga
keahlian ibu dalam memasak semakin baik, yang ketiga, dikatakan produktif
apabila kegiatan yang dilakukan bernilai ekonomi, misalnya disaat ibu sudah
merasa mahir memasak kemudian masakan ibu dijual dan laku pembeli, maka saat
itu kegiatan ibu bernilai produktif. Pastinya produktif memerlukan energy yang
dikeluarkan, maka bermalas-malasan bukanlah kategori seorang ibu yang
produktif, karena tidak perlu banyak energy yang dikeluarkan oleh seseorang
yang malas melakukan apapun. Pastinya produktif juga bisa ditandai dengan
dampak yang terjadi setelah kegiatan tersebut dilakukan oleh lingkungannya,
misalnya dengan ibu meningkatkan keahlian memasaknya, maka penghuni rumah
merasa senang dan betah di rumah karena masakan yang disugukan selalu
dirindukan.
Jadi bisa kita
simpulkan bahwa, kegiatan ibu di rumah yang buanyak dan seabrek-abrek itu bisa
menjadi aktifitas yang produktif bila diberi nilai tambah yang positif padanya.
Seperti yang sudah dicontohkan di atas, maka bisa dibilang setiap ibu bisa
produktif asal punya kemauan dan tekad kuat untuk mencapainya.
Diharapkan
dengan produktifitas ibu di rumah akan menambah kekecean ibu karena di sayang
oleh seluruh penghuni rumah, bisa mendidik anak dengan baik, dapat menyenangkan
hati suami, membahagiakan seluruh penghuni rumah dan tentunya terus berprestasi
dengan tetap menghasilkan karya, produk atau berpenghasilan dari rumah.
Nah, disinilah
pentingnya kenapa sih para ibu harus produktif meski hanya berkutat dengan
pekerjaan rumah. Poin-poin yang kemudian akan dikemukakan semoga membuka mata
hati dan pikiran para ibu sehingga tidak ada excuse untuk ibu tidak produktif.
1. Pertanggung-jawaban atas segala perbuatan
Sebagai seorang muslim kita pasti beriman kepada hari
akhir. Hari dimana semua perbuatan kita harus dipertanggung-jawabkan
dihadapan-Nya. Dengan membulatnya keyakinan kita terhadap hal tersebut, maka
pantaslah bila ibu-ibu yang beriman akan senantiasa melakukan hal-hal positif
dan berhati-hati dengan kegiatan dan hal-hal negative dan syubhat. Maka tidak
heran bila banyak ibu-ibu yang sukses dengan karirnya baik di rumah maupun di
luar rumah karena keyakinannya ini sehingga ia akan melakukan tugasnya dengan
sebaik mungkin, seprofesional mungkin dan seproduktif mungkin. Sehingga tak
heran bila kita mendapati keluarga yang harmonis, anak-anak yang sukses,
pengaturan kegiatan rumah tangga yang apik dilakoni oleh para ibu-ibu ini. Mari
kita tiru kejayaan ibu-ibu yang sukses mengatur aktifitasnya sedemikian rupa
sehingga tidak ada waktu yang tersia, umur yang terbuang atau pengorbanan yang
tiada berarti kelak di akhirat.
2. Produktif = sehat
Bila kita produktif, tentu akan terbentuk sinergi yang
baik antara gerakan tubuh, pemanfaatan pikiran dengan aktifitas yang akan
dijalankan. Maka tubuh yang aktif bergerak akan membuat otot-ototnya tidak kaku
dan tidak mudah terserang penyakit. Banyak kasus orang yang malas bergerak
kemudian tak lama ia menderita penyakit-penyakit serius seperti diabetes, nyeri
tulang dan sendi, atau bahkan kebuntuan (kepikunan) pada pikiran karena jarang
dilatih untuk memikirkan hal-hal berguna. Maka produktif sangat membantu anda
dalam menjaga kesehatan tubuh. Contohnya saja ketika kita gunakan pikiran kita
untuk produktif membaca buku atau menghafalkan al-qur’an, maka otak kita akan
terhindar dari degenerasi sel dan membantunya semakin mengasah ketajaman
berpikir.
3. Dampak positif bagi lingkungan
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa
produktifitas kita dalam menjalankan kegiatan domestic bisa berdampak positif
bagi penghuni rumah. Misalnya saja anak-anak akan meniru kebiasaan-kebiasaan
baik yang kita bangun, suami menjadi semakin sayang pada kita karena keuletan
dan keaktifan kita dalam menjalankan peran, sanak saudara memandang positif
aktifitas yang kita lakukan bahkan mencontohnya. Sehingga kita tidak hanya
bermanfaat bagi diri sendiri tapi juga menginspirasi banyak orang di sekitar.
4. Hidup terasa lebih hidup
Kegiatan yang monoton, kemalasan yang diperturutkan,
kelalaian yang diulang-ulang hanya akan membuat kita bosan menjalani hidup.
Karena sejatinya manusia diciptakan senang dengan hal-hal yang baru dan
bersemangat untuk menaikan level kesulitannya. Seperti halnya bermain game,
bila game itu terlalu mudah maka kita akan mudah merasa bosan, namun bila game
tersebut memiliki tingkatan-tingkatan yang menantang tentu kita akan
bersemangat untuk menyelesaikannya. Maka buatlah tantangan demi tantangan untuk
meningkatkan produktifitas kita di rumah. Misalnya, biasanya hanya mengajarkan
anak baca tulis, bila anak sudah bisa dan mahir tentu pekerjaan kita akan
terasa selesai sampai di situ. Tapi bila kita naikan levelnya menjadi
mengajarkan anak baca dan menghafal al-qur’an maka level kesulitannya akan
bertambah dan kita akan semakin tertantang untuk menghadapinya.
5. Kestabilan ekonomi keluarga
Saya meletakan poin ini di urutan terakhir karena memang
bukan ini tujuan utama seorang ibu. Tapi tidak ada salahnya bila ibu bisa
meningkatkan level produktifitas ibu menjadi menghasilkan uang saku sendiri.
Karena bila itu bisa dilakukan tanpa melalaikan tugas utama, maka semoga uang
tambahan yang ibu hasilkan dapat menjadi pendongkrak semangat ibu untuk lebih
produktif lagi dan kebermanfaatannya bisa terasa bagi seluruh anggota keluarga.
Di akhir, saya senantiasa
mengingatkan untuk memperbaharui terus niat kita dalam berproduktif. Niatkan
semuanya karena Allah agar ambisi kita untuk menjadi ibu yang produktif tidak
berujung kekecewaan bila hasil tidak sesuai harapan. Dan pertajam tawakal dan
ketakwaan kita kepada Allah. Karena sejatinya apapun yang kita kerjakan di
dunia ini hanyalah sebagai ajang pengumpulan bekal untuk kita bawa ke kehidupan
abadi kelak. Jangan terlalu berambisi buta sehingga kita menjadi ibu yang
mengenakan kacamata kuda ternyata tak sadar kita sudah melukai orang-orang yang
kita sayangi dengan ambisi tersebut. Dan kembali tak letih diri ini
mengingatkan untuk ingat juga dengan kebutuhan badan untuk istirahat. Karena
sejatinya Allah pun telah menyediakan siang sebagai waktu bekerja dan malam
untuk rehat. Tetap produktif dan semangat karena Allah ya bunda. =)
[KE.07.04.2020@Home]